Thursday, July 30, 2009

CATATAN HARIAN SEEKOR RAJUNGAN

Angin betul-betul kencang malam ini, hingga aku menggigil kedinginan dalam ruanganku yang tersembunyi.
Aku menggeliat bangun, rasa lapar menyerangku dengan hebat.
Perlahan aku keluar menyembul dari gundukan pasir yang menjadi tempat istirahatku.
Wow .. dinginnya udara di luar semakin membuatku tak kuasa menahan lapar.
Apalagi tiupan angin laut yang berlomba bersama garangnya ombak pantai ini menambah suasana terasa mencekam .
Aku mendongak melihat langit, rupanya bulan tinggal separo masih setia bercengkerama bersama bintang-bintang yang mengiringnya.


Aku terus berjalan, merangkak perlahan mencoba mencari sisa-sisa plankton yang tersangkut pasir .
Malam-malam begini terasa begitu bebas bagiku untuk mengais-ngais pasir tanpa harus merasa takut oleh kejaran anak-anak manusia yang selalu berusaha menangkapku .
Banyak temanku yang sudah menjadi korban mereka, ditangkap dan kemudian dijual dan dijadikan barang mainan bagi manusia manusia yang tak pernah mengerti akan arti sebuah kebebasan .
Untung aku masih terlalu gesit berlari setiap kali aku merasa ada kaki-kaki yang mengikutiku dari belakang.
Aku harus benar-benar mempertajam indra pendengaranku untuk selalu lolos dari maut.
Setiap kali kudengar derap kaki yang mengendap di belakangku .... siiiiiittt ! secepat kilat aku melesat kedalam pasir mencari aman .
Karena hanya itu yang bisa aku lakukan.
Duniaku adalah dunia penuh ancaman dan penuh perjuangan ketika hendak mencari sesuatu untuk makan.


Aku masih saja mengais butiran butiran pasir yang sesekali terbawa alunan ombak.
Tiba-tiba aku mendengar suara isak tangis seseorang .
Aku mencari asal suara yang menyayat hati itu . Nampak olehku seorang gadis yang duduk di atas pasir dengan melipat kedua kaki dengan dagu yang menempel diatas kedua lututnya .
Rambutnya yang panjang terurai berkibar-kibar diterpa angin laut membuatnya nampak begitu cantik .
Walaupun malam disinari oleh cahaya bulan yang hanya sepenggal, namun aku bisa dengan jelas melihat aura kecantikan gadis itu.


Aku berusaha mendekatinya, entah mengapa aku tak punya rasa takut sedikitpun mendekati manusia cantik ini . Ternyata dia memang sangat cantik, bagai peri malam dengan gaun puitihnya menatap nanar pada ombak yang bergulung gulung menghentakkan percikan air laut pada kedua kakinya.
Terus kupandangi dia, rupanya gadis itupun menyadari kedatanganku.
Diikutinya langkahku dengan ekor matanya yang berwarna merah namun indah.
Aku berhenti tepat di ujung ibu jari kakinya yang sedikit kotor oleh butiran butiran pasir.
Dan kubiarkan tangan lentik itu menyentuhku dan membawa tubuhku ke udara serta kemudian mendaratkanku di atas telapak tangannya yang putih dan halus .


Dia menatapku dalam-dalam, aku membalasnya tanpa rasa takut sedikitpun.
Kukedip-kedipkan mataku yang kecil ini menandakan bahwa aku memberi respon akan tatapan mata indahnya.
Aku melihat senyuman manis tersungging dari bibirnya .Dan lagi lagi aku kedipkan mataku membalasnya .
" Hai makhluk kecil ... mengapa kau tak takut padaku ?" suaranya begitu merdu berbisik padaku
Dan aku hanya bisa berkedip-kedip lagi.
" Kau begitu kecil ... tapi kau berani hidup di tempat seperti ini .. kau hebat !
Kau begitu bebas ... sebebas lautan ini ... tak ada batas .. tak ada aturan yang mengekangmu ... bukankah begitu ?"
Aku biarkan gadis itu mulai bicara ( ah .. aku bicarapun dia tak akan mendengar )
Sepertinya dia tau kalau aku menyimak kata katanya, jari telunjuknya membelai tubuhku yang keras tapi aku merasakan lembutnya belaian itu .


"Sekarang kau menjadi temanku ya ... mau kan kau menjadi sahabatku ?
Sepertinya kau lebih pantas menjadi sahabatku dari pada aku bersahabat dengan manusia manusia munafik itu ! " ada kesinisan dalam lembut suaranya.
"Eiits ... tapi kamu tak perlu kawatir, aku tak akan pernah membawamu pulang ke rumah.
Karena aku sendiri tak akan pernah menginjakkan kakiku ke neraka itu lagi!"
Aku mendengar gemeletak giginya .
" Aku akan bersama mu di sini ... bermain main dengan pasir dan ombak yang bergulung-gulung itu .
Aku tak akan pernah kembali ... selamanya ... yaaa ... selamanyaaaa ... hahahahaaaa!"
tiba-tiba dia tertawa tergelak, namun aku melihat ada airmata yang mengalir dari mata indah itu.


" Aku tak mau pulang ... " suaranya kembali mengecil dan lirih .
" Aku tak mau lagi tinggal di neraka itu ... kau tau sahabat kecilku, rumah itu adalah neraka yang akan segera membinasakanku jika aku tak segera keluar dan berlari ke mari "
" Laki-laki itu ... laki-laki biadab itu akan segera membunuhku secara perlahan ... yaaa.... perlahan .
Setengah berbisik suaranya seakan akan dia takut akan ada orang lain yang mendengarkan kata-katanya . Aku semakin ingin tau apa yang terjadi dengan gadis cantik ini .
" Ini semua salah mereka ! Mereka memaksaku menikah dengan laki laki mesum itu !
Apa sebenarnya yang ada di otak kedua orang tuaku ketika mereka menerima pinangan bajingan itu ?!!
Mereka tidak menyayangiku ... mereka hanya menyayangi harta mereka, airmata mereka semua palsu!!
Kamu tau .... semua palsu ... munafik !!! "
Kembali kemarahan menguasainya, sosok langsing itu berdiri dan merentangkan kedua tangannya dan aku masih berada di atas telapak halus itu.
" Sekarang aku bebaaaaassss .... aku bebas di sini ... !!!" teriakan itu membahana di sapanjang tepian pantai .



Sesaat kemudian dia kembali membawaku duduk di atas pasir yang basah. Jari-jari lentiknya menghapus tetesan tetesan bening yang terus mengalir di pipi mulus itu.
" Dan kau tau sahabatku ... sementara kekasih yang aku cintaipun ternyata hanyalah seorang laki-laki pengecut yang tak bisa berbuat apa-apa untuk memperjuangkan cinta kami!"
Dia biarkan aku di jerat oleh perkawinan busuk itu, dia hanya memandangku tak berdaya ketika mobil pengantin membawaku pergi melintas di depan matanya ... kekasih macam apa dia itu??!!"



Semua kata kata cintanya ternyata hanya hisapan jempol yang lenyap saat aku dengan begitu menghiba mengharap pertolongannya..
Ternyata ... hanya gelengan kepala yang aku dapatkan .
Dia tak mencintaiku, semuanya hanya sebatas kata-kata ... " suaranya lirih, sangat lirih dan nyaris terdengar seakan dia menggumam.


" Hari hariku penuh airmata, aku adalah istri keempat bandot tua itu. Dia mulai menyiksaku ketika aku tak mau melayaninya ... aku tak sanggup ... sungguh aku tak sanggup ... " isak itu kembali terdengar menyesak ...
Aku hanya bertahan satu bulan .. aku tak kuasa menerima cambukan ikat pinggangnya setiap malam ...kau lihat .. kau lihatlah bilur bilur di sekujur tubuhku, aku hampir mati karenanya "
Ya kulihat bilur-bilur itu tak hanya di tangan dan tubuhnya .. tapi juga matanya, penuh luka.
" Hari ini aku beruntung bisa keluar dari sangkar harimau itu, aku berlari dan terus berlari tanpa peduli kemana langkah kakiku membawa pergi .
Aku hanya ingin menjauh dari neraka itu, menjauh dari semua kemunafikaan dan kebiadaban itu.
tadi aku mendengar gemuruh ombak memanggil manggil namaku ... menuntun langkah kakiku ke mari.
Dan aku terhenti di sini ... dan bertemu dirimu ... sahabatku yang manis dan lucu "
Ah ... jari lentik itu kembali membelai punggung ku yang keras bagai batu.


Langit masih gelap, bulan yang separo itu mulai agak condong ke barat, sekejap lagi rupanya fajar akan tiba .
Ada tetes-tetes air yang membasahi tubuhku, rupanya hujan mulai turun lagi .
Semakin lama air hujan semakin deras menerpa tubuhku dan juga gadis itu .
Aku harus segera mencari perlindungan, aku harus turun dari tangan halus ini dengan perlahan.
Aku tak mau membuatnya terbangun, dia nampak begitu kelelahan setelah meluahkan semua beban yang menyesakkan dadanya .
Kupandangi tubuh indah yang terbaring lelap di atas pasir pantai dengan kekagumanku .
Betapa sempurna Tuhan menciptakan keindahan tubuh itu, tapi mengapa jalan hidupnya tak seindah lekuk tubuhnya.
Hujan semakin deras, dan aku cepat cepat menerobos gundukan pasir untuk berlindung dengan membawa rasa cemas akan gadis yang terbaring kehujanan itu.
Tapi nampaknya deras hujan tak membuatnya bergeming .


Aku tersentak dari tidurku, ketika kudengar suara-suara manusia di luar sana .
Aku sembulkan kepalaku mencoba mencari tahu apa yang berlaku .
Banyak orang di luar sana, perlahan aku mendekati kerumunan itu .
Aku melihat beberapa laki-laki mengangkat tubuh itu ke atas tandu, ya ... tubuh gadis yang semalam menjadi sahabat baruku sekarang terbaring kaku di atas tandu itu.
Sepertinya keluarga sahabatku itu telah menemukan keberadaannya di sini, syukurlah .. walaupun aku tak tahu apa yang terjadi dengan nya .
Akankah aku bertemu dengannya lagi ... akankah dia berkunjung ke pantai ini lagi ...


Ah ... gadis cantik ... kenangan itu begitu menggores jelas dan akan terus aku ingat walau hanya semalam. Semoga kau menemukan kebebasan dan kedamaian yang sesungguhnya ...




CATATAN : RAJUNGAN = kepiting kecil di pantai

No comments:

Post a Comment