Thursday, July 30, 2009

BELAJAR MENULIS

Kertas kosong yang kuhadap satu jam di depanku sudah penuh dengan rangkaian huruf yang menjadi kata dan terangkai menjadi kalimat-kalimat yang indah .
Kubaca lagi ... kuulang lagi, indahkah ? .... tanyaku dalam hati. Ku mulai gundah dan meragu lagi ... dahiku berkerut mengamati , srrrreeeeeettt ! kurobek tanpa bertanya lagi ... dengan gemas kuremas dan .... plung ! kucampak pada tong sampah yang siap menampung. Ini sudah sobekan kertas yang ke empat, entah berapa kali aku mengumpat.

Kembali kumenekuri kertas kosong bergaris sambil berfikir apa yang akan aku tulis. Pena hitam masih setia dengan kepekatan tintanya yang kugenggam hingga jemariku basah berkeringat. Satu persatu huruf mulai menghiasi permukaan kertas warna putih seiring lincahnya tanganku yang menari - nari menuntun pena yang terselip di antara jari-jemari. Sepuluh menit berselang kuputuskan berhenti, yaaaa .. sudah jadi! Aih ... aiiiih pandainya diriku mencipta sebuah puisi, hatiku berbangga diri memuji tanpa melihat kanan kiri.

Sudah dikumpul bersama-sama yang telah terkumpul, sang guru memeriksa sambil tersenyum simpul.
Semua mata tak berkedip memandang raut wajah sang guru yang membaca satu persatu dengan hati berdebar tak menentu . Lihatlah, sang guru yang bemimik muka lucu ... kadang berkerut ... kadang tersenyum kecut ... membuat jantung semakin dag dig dug ..melebihi kerasnya suara orang menabuh beduk .

Sang guru memandangku tajam membuat tubuhku gemetar serasa merejam, kepalanya mengangguk memanggilku untuk bangkit dari tempat duduk. Aku suka tulisanmu, kata guru menenangkan hatiku ... kamu berbakat, tapi ..... aku tak setuju cara kamu mengakhiri jalan cerita yang kau tulis ini .
Ini pelajaran mengarang, kau bukan penulis profesional ... kau harus ikuti segala syarat dan aturan jika kau ingin lulus dalam ujian, kembali kata-kata guru mengingatkanku.

Itu kata sang guru ketika aku masih kaku dan lugu mengolah kata menjadi cerita cinta jitu. Kini aku kembali bertemu sang guru, yang tetap bermimik muka lucu bila membaca hasil tulisanku. Kau bebas menulis apa saja, kata guru meyakinkanku ... tulis walaupun tentang hatimu yang sedang menangis. Tuangkan apapun yang ingin kau tulis ... jangan pedulikan kata orang caramu mengakhiri cerita yang hendak kau tulis, tulislah ... nyamankan hatimu dengan menuangkan isinya di situ.

Ah guru ... dulu kau berkata begini ... sekarang kau berucap begitu, mana yang harus kutiru?
Tapi guru ... apapun katamu aku tetap hormat dan mengagumimu. Di sini ... sampai saat ini ... dan entah sampai kapan nanti .... aku tetap akan terus belajar, belajar apa yang telah kau ajarkan padaku agar aku lebih maju.
Guru, lihatlah di sini aku masih juga .... belajar menulis .. menulis dan terus menulis



**** Lagi belajar nulis hehehe

No comments:

Post a Comment